Seberapa Siapkah Kamu Untuk Menikah ??
usia yang makin dewasa membawa banyak konsekuensi di
baliknya. Harus mulai bertanggung jawab pada kehidupan diri sendiri, lebih bisa
diandalkan oleh orang-orang terdekat, sampai hal yang lazim dianggap sebagai
penanda kedewasaan di Indonesia: menikah dan membangun keluarga.
Seiring usiamu yang semakin bertambah dewasa, dorongan
untuk menikah bisa datang dari mana saja. Orang terdekat kerap dengan ringan
mengatakan,
“Kamu sudah wisuda
, sudah siap
kerja
,
lalu tunggu apa? Menikah saja!”
Akhirnya
kamu yang awalnya belum tergerak
untuk menikah pun merasa harus segera mengambil langkah. Ribut
dengan calon,
ribet mempersiapkan pesta perhelatan, hingga merepotkan kawan dan kerabat
seperjuangan. Padahal pernikahan bukan lomba lari yang kemenangannya dihitung
berdasarkan waktu tercepat sampai di garis finish.
Sebab pernikahan lebih dari
sekadar pesta sebagai ratu dan raja dalam semalam. saya ingin sedikit mengajakmu
berpikir. Dengan keyakinan menikah yang sudah menggebu macam itu, cukup siapkah
dirimu?
Ø . Megahnya pesta resepsi
hanya bertahan semalam saja. Pertanyaan setelahnya: cukupkah uang simpananmu
untuk membayar semua tagihan rumah tangga?
belum
punya penghasilan tetap, karena menikah bukan hanya soal cinta sama perasaan
aja, tetapi harus didukung dengan kesiapan materi supaya bisa diterima baik
sama camer dan bisa mempercayakan anaknya kepadaku :)”
kamu memang tak perlu khawatir berlebihan soal uang. Kamu tak
perlu terlalu cemas dengan bagaimana nanti soal uang belanja bulanan, uang
persalinan, uang susu, uang cicilan rumah atau mobil. Kata orang, rejeki akan
selalu datang, bahkan berlipat ganda setelah menikah nanti. Tapi, bukan berarti
kamu jadi asal nekat saja.
Jika kamu saat ini saja belum
punya penghasilan yang mumpuni, pekerjaan masih belum tetap, penghasilan yang
tak menentu, apakah kamu yakin sanggup mengarungi biduk rumah tangga tanpa
adanya uang yang cukup? Jangankan untuk menikah, orangtua pacarmu pun akan ragu
memberimu restu untuk menikah.
Jangan memaksakan diri untuk
menikah jika kamu memang belum cukup yakin dengan kesiapan materimu. Kamu perlu
menyiapkan dan memikirkannya baik-baik. Jangan salah, banyak permasalah rumah
tangga yang muncul karena disebabkan soal ekonomi. Jadi, kalau memang belum
siap, jangan coba-coba untuk nekat menikah.
Ø Konon pernikahan bisa
membuka seluruh tabir manusia. Kamu harus siap menerima suami dan istrimu dalam
setiap kurang pun lebihnya
Masih gak bisa bayangin tinggal bersama orang lain, masih
belum matang secara finansial dan mental, takut kalo punya bayi.”
Sudah menjalin hubungan
bertahun-tahun, dan terbiasa menjalani hari-hari bersamanya bukan berarti kamu
pasti sudah siap untuk hidup bersama pasanganmu seumur hidup. Kalaupun kamu dan
dia sudah merasa saling cocok satu sama lain, jangan cepat ambil kesimpulan
bahwa kamu sudah siap lahir batin untuk tinggal satu atap dengannya.
Kamu perlu menyiapkan mentalmu
untuk hal seperti ini. Siapkah kamu menemukan gadis yang selama ini tampil
sempurna dengan alis yang selalu paripurna mendengkur di sisimu? Cukup sabarkah
kamu menerima kebiasaan suamimu yang ternyata suka membawa makanan ke atas
tempat tidur dan membuat sprei yang baru kamu ganti kembali terkotori?
Saat berumah tangga nanti,
hal-hal kecil macam ini bisa meletup jadi masalah. Jika kamu tak benar-benar
mempersiapkan mental dewasamu untuk menghadapinya, rumah tanggamu bisa
berantakan hanya karena kamu tak bisa menerima masalah-masalah kecil. Siapkan
dulu mentalmu, apakah kamu sudah cukup yakin hidup bersama dia sebagai suami
istri nanti. Sebelum saling memperbaiki diri dan menyiapkan mental, jangan
terburu-buru mengikat janji.
Ø Pernikahan bukan cuma soal
dua kepala. Berani menikah berarti sudah cukup dewasa untuk berlaku adil bagi
kedua belah keluarga
Share
Tweet Pin
“Masih ingin bisa membahagiakan ayah-ibu tercinta . Bukan
berarti setelah menikah sudah gak bisa bahagiain mereka lagi lho yaa.. tapi
tentu saja gak bisa semaksimal kalo masih single gini. Kalau udah nikah kan
prioritasnya jadi ke
Menikah tidak sesederhana ekuasi
1+1= 2 . Selepas menikah akan ada beban yang lebih berat tersandang di atas
pundakmu. Tak hanya punya kewajiban sebagai suami atau istri, kamu pun punya
kewajiban baru sebagai anak dan menantu. Pertanyannya, sudahkah kamu siap
membagi ruang dalam kepalamu untuk tanggung jawab sebanyak itu?
Kamu tak akan lagi bisa seenaknya
pulang malam karena ingin nongkrong dengan teman, sebab di petang yang sama ibu
mertuamu butuh bantuan mempersiapkan arisan. Saat rasa ingin menyendiri datang
kamu pun tak lagi bisa dengan ringan ambil kunci mobil untuk random jalan-jalan
— ada kebutuhan pasangan yang harus kamu siapkan.
Jika sampai hari ini prioritasmu
masih berpusat pada diri sendiri, keinginan menikahmu perlu dipikirkan lagi
baik-baik. Cinta saja tak pernah cukup untuk membuat sebuah pernikahan berjalan
langgen. iperlukan kerendahan hati yang amat sangat untuk mampu tak lagi hanya
mementingkan diri sendiri.
Ø Menikah memang tidak
membatasi langkahmu mewujudkan mimpi-mimpi. Hanya saja kamu harus siap bekerja
lebih keras lagi
Share
Tweet Pin
“Masih ingin bebas, mengejar mimpi, cita-cita, yang mungkin
bakal sulit untuk kesampaian kalo sudah menikah.”
menikah memang bukan harga mati
bagimu yang masih ingin memperjuangkan mimpi. Buktinya banyak orang yang masih
bisa mewujudkan impian besarnya walau sudah berumah tangga. Kehadiran pasangan
justru bisa jadi tambahan semangat dan pengingat handal saat rasa malas
melanda.
Tapi seperti seorang nahkoda
kapal yang harus mempertimbangkan banyak hal dalam setiap pelayaran, kini
otakmu tidak bisa lagi berjalan hanya dalam satu koridor saja, Banyak hal yang
harus kamu pertimbangkan dalam berbagai keputusan. Keinginan suami dan istrimu
juga harus masuk dalam ekuasi sebelum sebuah keputusan keluar.
Ø Menikah memang tak akan
mengekangmu, tapi sudah siapkah dirimu untuk merasa tak lagi bisa sebebas dulu?
Share
Tweet Pin
“Disamping mental dan tingkah masih kaya bocah, aku juga
belom siap untuk hidup terkekang. Aku masih mau travelling, senang –
senang.”
Menikah memang bukan bertujuan
untuk mengekang kebebasanmu. Tapi saat sudah menikah nanti, sudah pasti
kebebasan dirimu sendiri sudah akan semakin berkurang. Sebelum kamu membulatkan
tekad untuk menikah, gak ada salahnya kamu memuaskan segala keinginanmu terlebih
dahulu.
Berpuas-puaslah dengan dirimu
sendiri sebelum kamu harus mengikat dirimu dengan pasanganmu nanti. Jangan
sampai saat kamu sudah menikah nanti merasa iri hati pada teman-temanmu yang
masih bisa bebas berkelana dan bersenang-senang dengan dirinya sendiri.
Tanyakan pada dirimu sendiri,
sudah siapkah dirimu untuk menahan keinginanmu pribadimu demi keluarga kecilmu
nanti? Jika kamu masih terlalu berat untuk menjawab iya, kamu tak perlu
memaksakan diri untuk menikah.
Ø Keyakinan dan kemantapan
juga harus kamu persiapkan. Apakah kamu yakin dialah orang yang tepat
mendampingimu melewati semua episode kehidupan?
Share
Tweet Pin
“Biasanya sih karena belum yakin sama pasangan, takut seperti
yang orang-orang bilang, setelah menikah sikap pasangan bisa berubah.”
Sudah cukup mantapkah kamu dengan
pilihanmu saat ini? Apakah kamu sudah yakin bahwa pasanganmu saat ini adalah
orang yang terbaik untuk kamu jadikan pasangan hidupmu kelak? Pacaran lama
bukan jaminan kalau dia pasti akan jadi pasangan hidup yang layak untukmu.
Nggak salah kok jika kamu masih menyisakan keraguan padanya, dengan begitu kamu
bisa lebih banyak mencari tahu dan memahami pasanganmu itu.
Untuk memahami bagaimana
pasanganmu, kamu memang tak harus berlama-lama berpacaran, bahkan tanpa proses
pacaran pun kamu bisa saja langsung menikah dengannya, asalkan kamu benar-benar
mantap dan yakin bahwa dia adalah orang yang layak untukmu. Pastikan dia adalah
orang yang baik, bertanggung jawab dan bisa bekerjasama mengarungi bahtera
rumah tangga bersamamu nanti.
Jangan terburu-buru menikah hanya
karena kamu memang sudah punya pacar. Jangan juga terburu-buru yakin menikah
dengan orang yang melamarmu hanya karena kamu merasa mumpung ada yang mau
melamarmu. Tapi yakinlah untuk menikah saat kamu sudah menemukan orang yang
tepat untuk menjadi suami atau istrimu.
Ø Pernikahan tak ubahnya
teater yang membuatmu harus lihai bermain peran. Kamu harus siap menghadapi
segala kemungkinan
Share
Tweet Pin
“Menjadi istri dan punya anak. Alasannya masih belum bisa
membayangkan betapa repotnya harus menyiapkan segala hal untuk orang seisi
rumah (suami dan anak). Harus ngurus anak-anak, terutama saat masih kecil.
ribeeeet.”
Menikah berarti juga harus siap
untuk menyandang peran baru, sebagai suami, ayah, istri, ibu dan bahkan
menantu. Siapkah dirimu dengan peran baru yang akan kamu lakoni nanti setelah
naik pelaminan? Peran barumu nanti tak main-main, tanggung jawab, konsekuensi,
dan komitmen harus siap kamu hadapi.
Kamu suka dengan anak kecil bukan
berarti kamu siap jadi ayah atau ibu. Tujuan menikah bukan hanya karena ingin
segera menimang momongan saja, tapi kamu juga harus siap mental menjadi
orangtua yang mampu menjaga, merawat, serta mendidik anakmu dengan setulus
hatimu.
Ø Ikatan pernikahan tidak
sepaket dengan kata putus saat dilanda masalah dan kebosanan. Sudahkah kamu
siap jika harus sekuat tenaga mempertahankan hubungan?
Share
Tweet Pin
“Karena menikah tidak seperti pacaran yang sebentar bisa
berantem, diem-dieman, kalau udah eneg bilang putus, terus bisa cari yang lain.
Ada ketakutan tidak bisa mengontrol emosi.”
Seperti apa yang dikatakan oleh
pembaca di atas. Menikah sudah tentu sangat jauh berbeda dengan saat masih
pacaran. Saat pacaran kamu masih punya kebebasan untuk mundur, tapi itu tidak
bisa saat kamu menikah nanti.
Ketika kamu menikah, mau tak mau
kamu harus jadi orang yang dewasa dalam bertindak. Kamu harus punya kesabaran
dan kemampuan untuk mengontrol emosimu. Kamu tak lagi bisa tiba-tiba minta
bercerai hanya karena masalah kecil sedang menimpa rumah tanggamu. Kamu tak
bisa seenaknya saja mengumbar permasalahan rumah tanggamu ke media sosial saat
emosimu sedang memuncak.
Jika kamu memang belum bisa
bersikap dewasa, perbaikilah dulu sikapmu sebelum akhirnya kamu menikah.
Belajarlah semampumu untuk bisa menahan dan mengontrol emosimu, karena
kedewasaanmulah yang bisa menguatkanmu untuk menjalani mahligai pernikahan.
Ø Sebelum memutuskan
melangkah ke pelaminan pastikan dulu kamu sudah benar-benar selesai dengan diri
sendiri. Siapkan dirimu dengan cara memantaskan diri
Share
Tweet Pin
“Belum bisa ngurus diri sendiri. Kalo lagi sibuk sama kuliah dan
tugas, makan aja suka lupa. Cari makan kalo udah laper banget. Nyuci baju
apalagi, bisa 2 minggu sekali. Hahahah. Gimana mau ngurus suami kalo diri
sendiri aja masih berantakan.”
Sebagai seorang pasangan suami
istri, kamu dan pasanganmu memang punya banyak tuntutan untuk bisa saling
melengkapi saat berumah tangga nanti. Kamu tak lagi hanya peduli pada dirimu
sendiri, tapi kamu juga harus peduli dengan pasangan dan rumah tanggamu.
Mungkin finansialmu sudah siap,
mentalmu pun juga sudah yakin untuk menjalani pernikahan. Tapi apakah kamu
sudah cukup pantas untuk menjadi suami atau istri orang? Siapkah dirimu untuk
menjadi ibu rumah tangga yang harus dituntut bangun pagi menyiapkan segala
kebutuhan suamimu? Siapkah dirimu untuk jadi suami yang mau membantu istrimu
saat sedang kerepotan mengurus rumah tangga?
Sebelum kamu merasa cukup pantas
untuk jadi seorang suami atau istri, pastikan kamu sudah cukup mampu untuk
menata dan memantaskan dirimu. kamu tak perlu terburu-buru mengikat janji pernikahan
jika kamu memang belum siap.
Ø Menikah akan menyadarkanmu
bahwa hidup kini tak lagi hanya tentang diri sendiri. Cukup besarkah hatimu
untuk terus memberi dan berbagi?
Share
Tweet Pin
“Gue belum rela ninggalin pekerjaan. Gue lagi semangat dan
seneng banget sama karir yang gue jalani sekarang. Tapi pekerjaan ini gak
mungkin bisa gue lakuin saat udah berkeluarga nanti. Udah jelas gak bakal
diijinin suami kalau gue kerjanya sampe malem-malem terus begini.”
Ada hal-hal yang harus rela kamu
tanggalkan saat kamu memutuskan untuk menikah nanti. Salah satunya seperti
kasus yang dialami oleh pembaca di atas. Ketika kamu benar-benar sedang
mencintai pekerjaanmu, terlebih jika itu adalah karir impianmu, kamu tak akan
bisa mudah melepaskannya begitu saja. Butuh kesiapan yang tak main-main untuk
rela menanggalkan semua yang sudah kamu raih selama ini.
Jika kamu masih merasa ingin
melakukan banyak pencapaian dalam karirmu, kamu tak perlu khawatir dan
terburu-buru untuk memutuskan menikah. Gelutilah dulu apa yang sudah menjadi
impianmu. Tuntaskan dulu segala hasrat dan rasa ingin tahumu.
Tidak ada yang salah dengan
menjadi seseorang yang memilih fokus pada sisi lain kehidupan selain perasaan.
Kamu berhak untuk menikmati beragam sisi menyenangkan yang kehidupan ini
tawarkan.
Tak ada yang salah dengan menunda
atau menyegerakan sebuah pernikahan. Pada akhirnya pernikahan bukan tentang
seberapa cepat kamu menemukan pasangan, melainkan seberapa tangguh kah kalian
menghadapi segala cobaan yang mungkin muncul di masa depan.
Jadi gimana, sudah seberapa
jauhkah dirimu mengambil ancang-ancang? Benar-benar sudah siapkah kamu menghadi
gerbang pernikahan?
jangan lupa isi kolom komentar ! :)
copyright :
http://www.hipwee.com/daripembaca/karena-cinta-tak-bisa-dimakan-jangan-menikah-sebelum-10-hal-ini-kamu-persiapkan/ 2016